Tidak ada informasi tentang kecelakaan di Jeju Air pada tanggal tersebut.
Pada kejadian ini, telah dilaporkan 179 penumpangnya telah meninggal.
Menurut Yonhapnews, Senin (30/12/2024), pesawat tersebut membawa 181 penumpang.
Keduanya mencapai vihara dan bersembunyi selama satu jam
Tewas sekali terdapat korban adalah seorang bayi laki-laki berusia tiga tahun.
Lima dari 179 korban dapat dipastikan berusia di bawah 10 tahun.
Dua Orang Penumpang yang Selamat
Salah satu dari dua orang yang selamat dari kecelakaan pesawat Jeju Air mengemukakan kepada dokter bahwa dia telah diselamatkan saat tersadar.
Seseorang dengan usia 33 tahun yang bermarga Lee selamat dari bencana, ia adalah seorang penumpang pesawat, sementara yang lain adalah seorang wanita dengan usia 25 tahun bermarga Koo yang juga bekerja sebagai pramugari.
Dia awalnya dibawa ke rumah sakit di kota terdekat Mokpo, yang terletak 311 kilometer di selatan ibukota Seoul, Korea Selatan.
Namun kemudian ia dipindahkan ke Universitas Wanita Ewha Hospital yang berlokasi di ibu kota Seoul.
“Setelah saya bangun, saya segera diselamatkan,” ucapnya kepada para dokter di rumah sakit, jelas menyebutkan Direktur Ju Woong dalam konferensi pers.
Dia tidak bertanya rincian kecelakaan tersebut karena dia sepenuhnya percaya itu tidak akan berguna untuk proses pemulihan pasien.
“Sudah lengkap dalam berkomunikasi,” demikian kritik Asosiasi dalam Perangkat Lunak dari Mesin Cereka Korea Selatan (Ju) mengutip dari berita Yonhap.
“Tidak ada tandanya yang menunjukkan penurunan ingatan dan semacamnya,” dia tambah.
Korban saat ini diperawat di intensive care unit (ICU) karena beberapa patah tulang terkilang.
Dia mengatakan dirinya sekarang dalam pengobatan spesifik karena kemungkinan efek sampingan, termasuk terganggunya fungsi tubuh secara keseluruhan.
Sementara itu, korban selamat lainnya adalah seorang pramugari berusia 25 tahun bernama Koo.
Saat ini, ia dirawat di Asan Medical Center di Seoul, Korea Selatan.
Keadaannya dikabarkan tetap stabil walaupun ia mengalami cedera pada pergelangan kaki dan kepala.
Staf medis menolak berbicara dengan wartawan tentang kesehatannya.
Dua Dugaan Penyebab Aerodinamika dan Penggunaan Pengontrol untuk Menghindari Korban
“Apa itu infrastuktur?” “Pertanyaan ini seringkali membuat orang bingung, karena daftar istilah dan definisi yang kompleks tentang apa itu infrastruktur adalah sangat luas sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua lembaga, ruang, dan aset yang di bawah kekuasaan pemerintahan tertentu.
Pesawat dijadwalkan akan mendarat di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) pukul 08.30 Waktu Setempat.
Pada saat kecelakaan itu belum terjadi, pesawat mencoba mendarat, namun usaha tersebut gagal.
Pesawat melaksanakan manuver tipe “rezeki yang bagus” dan putar-putar di sekitar bandara, kemudian mencoba mendarat kembali menggunakan sistem Rem keluar dari landasan pacu.
Beberapa penafsiran telah muncul terkait apa yang menyebabkan pesawat melayang.
Meski penelitian awal juga menunjukkan gagalnya kecelakaan pesawat akibat “terbang rendah atau terhalang burung” sebagai sebab utama.
Penyebab pastinya masih belum diumumkan, tetapi beberapa analis telah mengemukakan berbagai kemungkinan penyebabnya.
Teknik gangguan dengan menunjukkan bahwa mesin dan Rem pneumatik mungkin gagal pada kedua sisi pesawat, sehingga kecelakaan seperti itu kemungkinan terjadi.
Namun hanya sebuah tabrakan burung tidak mungkin menyebabkan kegagalan serentak pada semua komponen penting.
Mereka sebagian besar para ahli penerbangan telah berpendapat bahwa roda yang tidak dapat dioperasikan merupakan faktor utama penyebab kecelakaan.
“Jika Anda melihat video tersebut, rotor pendaratan tidak memanjang, dan pesawat mendarat dengan menurunkan kecepatan sangat rendah,” sebut Profesor Choi Kee-young dari Universitas Inha.
Aplikasi digunakan untuk beberapa kecerdasan istilah, termasuk pengenalan suara, pembelajaran bahasa, dan terjemahan bahasa. Namun, aplikasi tersebut sekarang tidak dapat menggantikan penjelasan yang lengkap untuk menjadi dapat dipahami.
Para ahli telah menjelaskan bahwa tabrakan burung adalah sumber kemungkinan utama kegagalan fungsi roda pendaratan, melibatkan kerusakan pada mesin dan sistem hidrolik.
“Jika burung terbang ke mesin, itu bisa merusak mesin dan mempengaruhi sistem hidrolik yang terhubung dengannya,” ujar Kim Kyu-wang, direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Hanseo.
Sistem hidrolik mengangkat dan menurunkan roda pendaratan saat lepas landas dan mendarat, dan bagian itu mungkin mengalami kerusakan.
Namun beberapa pihak menyatakan bahwa kegagalan satu mesin akibat terkena tabrakan burung tidak mungkin menyebabkan akibat yang sangat parah.
Mereka menemukan bahwa meskipun mesin satu rusak karena tabrakan burung, mesin kedua masih dapat menggerakkan roda pendaratan, yang menandakan adanya kemungkinan masalah dalam sistem manapun.
“Pada saat pendaratan, pesawat harus memperlambat laju diri dengan menciptakan lebih banyak resistan pada sayap, namun hal ini tidak terlihat dalam video,” kata Profesor Choi.
“Bayangku, keduanya rusak,” katanya.
Jika kedua mesin rusak, seluruh pesawat akan jatuh dan instruksi pilot tidak dapat disampaikan.
Para ahli memintai penyelidikan lebih mendalam untuk menentukan sebab kemungkinan kecelakaan itu. Apakah penyebabnya adalah serangan binatang buas, kecacatan pada pesawat, atau kurang baiknya perawatan pesawat.
“Kami butuh mempelajari penyebabnya, tetapi sangat jarang terjadinya ketika bersamaan tiga roda pendaratan gagal digunakan,” kata Kim In-gyu, direktur Sekolah Penerbangan Universitas Radar dan Meteorologi Korea.
Kurang jelas apakah tabrakan dengan burung saja yang menyebabkannya. Kita juga harus memeriksa apakah pesawat mengalami kerusakan sebelumnya.
Penjelasan Pejabat Korea
stochasticuBioskop Kementerian Perhubungan Korea Selatan sedang menyelidiki kecelakaan Pesawat Jeju Air 7C2216, seperti pernyataannya mengenai potensi tabrakan dengan burung dan cuaca. 179 dari 181 orang di dalam maskapai sipil itu tewas.
Wakil Menteri Transportasi Joo Jong-wan menyatakan bahwa panjang landasan pacu yang 2.800 meter bukanlah penyebab utama dan bahwa alas besi pembatas ujung landasan dibangun sesuai dengan standar industri.
Jeju Air menolak memberikan komentar tentang penyebab kejadian tersebut selama konferensi pers. Mereka mengatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung.