Burung Takahe, burung purba yang tidak bisa terbang, mudah dikenali di antara pegunungan di Selandia Baru dengan penampakan bulu hijau-biru yang mencolok dan tubuh besar.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Saat itu, hewan ini hampir punah dan sempat dianggap punah oleh para ilmuwan biologi pada tahun 1898.

Selama beberapa dekade lalu, manusia percaya bahwa tidak mungkin lagi bertemu dengan spesies Kaikateman diseluruh bumi.

Tak disangka, burung ini mampu bertahan hidup, tersembunyi di lembah-lembah pegunungan terpencil.

atau harta karun.

Tidak hanya keajaiban alam, kait kembali takahe menyemangati komitmen suatu bangsa untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang unik.

Tersiar kabar bahwa Takahe yang sudah punah ditemukan kembali berkat jejak kaki yang telah ditemukan

Tahun 2024, minggu ke-25 bulan Desember, burung takahe dianggap telah punah selama hampir setengah abad.

Populasi takahe yang sudah semakin berkurang terus menghilang karena adanya hewan yang dibawa oleh pemukim Eropa, yaitu cerpelai, kucing, musang, dan beberapa jenis tikus.

Pada 1948, sebuah rangkaian petunjuk aneh, seperti suara burung yang tidak dikenal dan jejak kaki yang tidak biasa di dekat Danau Te Anau di Selandia Baru, telah membuka kembali peliputan harapan.

Geoffrey Orbell, seorang dokter medis yang memiliki hobi sejarah alam, kemudian membentuk tim kecil untuk melakukan penelitian.

Pada tanggal 20 November 1948, ia dan timnya memulai ekspedisi mengunjungi Gunung Murchison yang sangat sulit dijangkau dan berhadapan dengan kesulitan.

Lokasi tersebut terlihat seperti puncak gunung yang kuat, diwarnai dengan lembah yang curam dan hutan yang tebal.

Dengan sedikit naluri dan beberapa alat, mereka menjelajah medan yang sangat terpencil dan kurang atau bahkan sebelumnya belum pernah didatangi.

Tim parkir terus maju ke dalam hutan dengan menggunakan laporan jejak kaki dan suara aneh sebagai arahan.

Hingga akhirnya mereka melihat seekor burung yang sangat unik, tidak seperti penampilan burung yang pernah dilihat sebelumnya.

Makhluk hidup itu terlihat memiliki tubuh yang besar dan berbulu cerah dengan perpaduan sangat menarik dari warna biru dan hijau serta paruh merah.

Berdiri menghadap tim dengan penuh kebahagiaan, seekor takahe yang termasyhur pernah diam-diam dianggap telah punah dan lenyap rindu, lupa dengan betapa rapatnya mereka dengan asakan kepunahan.

Langkah menuju penemuan ini bukanlah perkara yang mudah. Meskipun demikian, Orbell dan timnya telah berhasil merekam penampakan takahe melalui foto-foto serta bukti forensik.

Penemuan kembali ini menarik perhatian seluruh dunia pada saat itu, memberi semangat baru bagi profesi konservasi biologi.

Dinas Perlindungan Hewan Selandia Baru, yang merupakan cikal bakal Departemen Konservasi Selandia Baru saat ini, segera meluncurkan program khusus untuk mempertahankan keberlangsungan mangalami sudut kaki empat/Takahe.

Upaya awal yang dipergunakan termasuk adalah mengendalikan predator, pemulihan lingkungan hidup, dan pemantauan yang ketat terhadap populasi yang masih ada.

Peneliti lapangan mulai mengobservasi burung untuk memahami perilaku, gaya makan terjadwal, dan proses perkembangbiakan untuk lebih memahami kebutuhan dan tantangan mereka.

Dengan perjalanan waktu yang berikutan, usaha konservasi menjadi lebih modern. Program pembiakan yang dikembangkan dilaksanakan untuk meningkatkan jumlah dan menciptakan fondasi keselamatan bagi spesies ini.

Burung-burung tersebut kemudian dipindahkan ke tempat perlindungan berbentuk pulau yang terpisah dari predator, seperti Pulau Tiritiri Matangi dan Pulau Kapiti.

Sekarang, takahe adalah contoh yang luar biasa tentang bagaimana upaya konservasi yang berdedikasi dapat menyelamatkan spesies dari kepunahan.

, Selasa (29/8/2023).

Meskipun sedikit, perkembangan ini menjadi bukti pemulihan yang luar biasa bagi burung yang pernah dianggap punah.

atau “terancam” dalam Daftar Merah Internasional untuk Konservasi (IUCN Red List).

Kini populasi mereka meluas ke tempat perlindungan bebas predator yang ditinjau dengan teliti, kawasan cagar alam lautan dan wilayah asli mereka di Pegunungan Murchison.